Hari ini kami berkesempatan pergi menemani saudara-saudara difabel (diffable=differently able) pergi bertamasya ke luar kota. Masing-masing sukarelawan berpasangan dengan saudara-saudara difabel dan menolong mereka selama perjalanan. Songmin dan saya berpasangan dengan seorang kakek berusia 65 tahun yang sejak 7 tahun silam kehilangan daya penglihatannya.
Yang paling membuat saya terkesan adalah ketika saya bertanya kepadanya: 'ketidaknyamanan apa yang dia rasakan sehari-hari?'... Beliau hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum saja.
Tidak ada sepatah kata keluhan keluar dari mulutnya. Padahal dia bisa saja dengan mudah mengatakan kesulitan-kesulitan yang dia alami dalam hidupnya, apalagi dia pernah merasakan bagaimana memiliki penglihatan yang normal.
Saya kemudian mengevaluasi diri sendiri, betapa mudah mengeluh dan menggerutu, betapa mudah menyerah ketika ada kesulitan datang, betapa sering merasa tidak puas dengan keadaan yang ada. Saya ingin menghitung berkat-berkat yang saya terima dan mengucap syukur dalam segala kondisi, baik susah maupun senang.
Sudahkah Anda mengucap syukur untuk hari ini?
"Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
"I am not saying this because I am in need, for I have learned to be content whatever the circumstances. I know what it is to be in need, and I know what it is to have plenty. I have learned the secret of being content in any and every situation, whether well fed or hungry, whether living in plenty or in want. I can do all this through him who gives me strength."