Manusia paling tidak memiliki dua pilihan dalam memandang
hidupnya yaitu bahwa hidupnya adalah hidup miliknya sendiri atau milik Pribadi
Lain di luar dirinya.
Saya pribadi mempercayai bahwa hidup saya yang sudah
bertambah umurnya – sekaligus berkurang satu tahun hidup di bumi ini (dilahirkan
36 tahun yang lalu; atau dihidupkan 37 tahun yang lalu seperti versi orang-orang
Korea yang mengingat fakta bahwa kehidupan kita telah dimulai di dalam rahim
ibu kita masing-masing) adalah hidup milik dan dalam anugerah penyertaan Pibadi
Lain yang saya kenal dalam nama Yesus Kristus semata (Tetapi karena kasih
karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang,
dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia
– 1 Kor 15:10).
Di tahun 2013 (menjelang hari raya idul fitri saudara-saudari
muslim) ini saya berdoa supaya saya lebih dapat melihat sekeliling saya dalam
pancaran sinar atau sudut pandang kehadiran Allah yang saya percayai seperti kata R.L. Dabney (1897)
seorang theologian, “Setiap pengertian kita akan segala sesuatu harus menemukan
keutuhannya dalam Tuhan seperti halnya ketika kita menemukan terangnya siang
hari yang ada di bumi seharusnya menggiring mata kita mengenali sumbernya yaitu
matahari.”
Dan juga berdoa supaya hidup saya makin menjadi berkat buat orang
lain karena sesungguhnya hidup manusia adalah hidup bersama Sang Pencipta di bumi dengan
sesamanya.
Pada akhirnya saya berterima kasih kepada semua sesama saya yang
sudah mengucapkan selamat sekaligus memberi semangat kepada saya untuk
menjalani usia yang ke-36/37 ini seraya mengingat berkat Tuhan untuk kita
semua,
“TUHAN memberkati kita dan melindungi kita; TUHAN menyinari kita dengan
wajah-Nya dan memberi kita kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya
kepada kita dan memberi kita damai sejahtera.” (Bilangan 6:24-26)