Pak Amin telah pulang ke rumah Bapa di sorga jam 8.30 pagi ini...
deg!
seperti ada yang menohok dada saya keras2...
selama ini setiap kali melihat beliau di mimbar, meskipun hanya sebentar untuk menyampaikan berkat sebelum jemaat pulang dan sharing beberapa patah kata mengenai kondisi beliau, saya selalu tidak bisa menahan air mata saya keluar...padahal sudah sekuat tenaga berusaha supaya butiran2 bening itu tidak meluncur, selalu saja saya tak kuasa. sampai-sampai teman2 saya yang melihat mata dan hidung saya merah mengira bahwa saya sakit, pilek atau flu.
saya tidak mengenal pak aming tjung secara personal. sejak pertama datang di GRII singapore, saya sempat heran, kenapa suara beliau tidak jelas, ternyata info dari seorang teman adalah karena beliau sedang menderita kanker, saya kurang ingat kanker di bagian mana, yang pasti kanker itu mengganggu kemampuan beliau untuk berkata-kata.
sebagai seorang pendeta, tentu saja kanker di bagian itu akan mengganggu kelancaran saat beliau berkotbah, hal yang menyakitkan bukan...saya melihat pak amin selalu berusaha keras untuk berbicara dengan jelas. saya bisa merasakan betapa susahnya untuk mengeluarkan satu patah kata.
kondisi beliau sempat membaik di akhir tahun 2006 sepengamatan saya, karena melihat rambut yang terkena efek kemoterapi sudah mulai tumbuh, dan beliau berkata-kata dengan lebih lancar, juga wajah yang lebih cerah. beberapa bulan lalu, beliau terkena radang di paru2 yang menyebabkan susah bernafas dan kembali susah berbicara.
saya masih ingat perkataan beliau kira2 3 atau 4 minggu yang lalu, saat beliau bercerita bahwa untuk berjalan berdiri saja susah bukan main, tapi kalau hari minggu tiba, seolah-olah ada kekuatan yang membawa pak amin mampu untuk datang ke gereja. kekuatan untuk dengar firman, memberikan salam berkat, bertemu dengan jemaat dan rekan-rekan seiman. 'tetaplah setia berdoa' itu pesan yang saya ingat seusai sharingnya.
pdt stephen tong pernah berkomentar tentang pak amin, yang menurutnya dianggap 'bebal' karena tidak mau beristirahat dan berhenti dari aktivitas, karena semangat melayani Tuhan sangat besar dan menggebu.
saya tak tahu bagaimana kalau hal seperti itu terjadi pada saya.
apakah saya akan mengeluh dan merengek pada Tuhan?
apakah saya akan 'mogok' dari aktivitas?
apakah saya akan menangis sepanjang waktu?
atau...
apakah saya akan tetap semangat seperti pak amin?
apakah saya akan setia melayani Tuhan tanpa compaint?
apakah saya bisa tetap tersenyum?
saya jadi malu.
dengan kondisi yang sehat dan tidak kekurangan apa-apa seperti saat ini, saya masih sering merengek dan mengeluh. saya tidak melihat berkat Tuhan dari perspektif yang lain, tapi terjebak dengan kacamata duniawi yang melihat dengan cara yang berbeda.
pak amin selamat jalan pak...saya percaya Bapa di surga menyambut kedatanganmu dengan penuh sukacita karena engkau mencapai garis finish dan mendapatkan mahkotamu. saya akan senantiasa mengingat sosok bapak, sebagai seorang yang memberikan warna dan teladan dalam hidup saya.
setiap kali saya akan mengeluh, biarlah saya mengingat engkau.
setiap kali saya sakit, biarlah saya meneladani engkau.
kiranya semangatmu boleh menular kepada saya, untuk setia dan mencintai Tuhan sampai akhirnya.
Amin.
Dunia kehilangan satu lilin yang bercahaya terang,
ReplyDeleteMarilah kita mengikuti teladannya
Menjadi lilin yang benderang
Menjalankan kehendakNya, seperti yang ditunjukkannya