Sampai sudah beratnya 10 kg dan mulai bisa berjalan sedikit demi sedikit, JoSH melewati banyak model gendongan.
Yang pertama, waktu masih kecil sekali, JoSH digendong pakai selendang kain batik. Selendang ini punya Oma, waktu itu kondisinya masih belum pernah dipakai, katanya sih hadiah waktu Om Diar lahir (berarti sekitar 17 tahun yang lalu nih dapatnya, disimpan rapi sama Oma).
Selendang ini khas cara menggendong ala Indonesia. Waktu pakai selendang ini untuk gendong JoSH keluar rumah, banyak dapat perhatian dari orang-orang sekitar, karena lain cara gendongnya dengan mereka.
Trus, karena kain batiknya warnanya bagus, banyak juga yang pegang-pegang dan tanya harganya berapa, boleh dibeli atau tidak...tentu saja waktu itu jawabnya tidak dijual. Punyanya aja cuma satu, hehe.
Yang kedua, selain selendang batik, ada selendang yang sudah jadi (sling) beli di online shop di Indonesia, tinggal di-adjust panjang pendeknya. Tapi yang ini jarang dipakai. Ga tau kenapa terasa ribet pakainya, dan sesak (mungkin karena Mamanya gemuk, bayinya gemuk, plus waktu itu musim dingin jadi baju kita tebal-tebal). Padahal sudah diset ukuran yang paling besar.
Menurut panduan sih bisa sampai bayi berat 16 kg, tapi karena sudah terasa sesak dan tidak nyaman, cuma dipakai sebentar saja.
Yang ketiga, gendongan ala Korea. Bayinya diikat di belakang punggung Mama, jadi tangan Mama bebas untuk beraktivitas. Gendongan model ini kami dapat dari seorang Ibu, anaknya sudah besar dan tidak dipakai lagi. Karena tidak biasa pakai dan tidak nyaman di ikatan gendongan di bagian depan tubuh, akhirnya jarang pakai juga. Memang sih enak juga bisa bekerja sambil gendong bayi di belakang, tapi kontak mata jadi kurang karena bayi ada di punggung Mama.
Kalau di Korea, pasti akan sering sekali melihat Ibu-ibu yang pakai gendongan ini, kebanyakan sih Nenek-neneknya si bayi. Ibu-ibu yang muda lebih suka model gendongan yang berikutnya.
Yang pertama, waktu masih kecil sekali, JoSH digendong pakai selendang kain batik. Selendang ini punya Oma, waktu itu kondisinya masih belum pernah dipakai, katanya sih hadiah waktu Om Diar lahir (berarti sekitar 17 tahun yang lalu nih dapatnya, disimpan rapi sama Oma).
Selendang ini khas cara menggendong ala Indonesia. Waktu pakai selendang ini untuk gendong JoSH keluar rumah, banyak dapat perhatian dari orang-orang sekitar, karena lain cara gendongnya dengan mereka.
Trus, karena kain batiknya warnanya bagus, banyak juga yang pegang-pegang dan tanya harganya berapa, boleh dibeli atau tidak...tentu saja waktu itu jawabnya tidak dijual. Punyanya aja cuma satu, hehe.
Menurut panduan sih bisa sampai bayi berat 16 kg, tapi karena sudah terasa sesak dan tidak nyaman, cuma dipakai sebentar saja.
Yang ketiga, gendongan ala Korea. Bayinya diikat di belakang punggung Mama, jadi tangan Mama bebas untuk beraktivitas. Gendongan model ini kami dapat dari seorang Ibu, anaknya sudah besar dan tidak dipakai lagi. Karena tidak biasa pakai dan tidak nyaman di ikatan gendongan di bagian depan tubuh, akhirnya jarang pakai juga. Memang sih enak juga bisa bekerja sambil gendong bayi di belakang, tapi kontak mata jadi kurang karena bayi ada di punggung Mama.
Kalau di Korea, pasti akan sering sekali melihat Ibu-ibu yang pakai gendongan ini, kebanyakan sih Nenek-neneknya si bayi. Ibu-ibu yang muda lebih suka model gendongan yang berikutnya.
Model gendongan yang terakhir, bayi bisa digendong di depan atau di belakang. Model gendongan ini banyak sekali dipakai di Korea. Ini juga kami dapat hadiah dari seorang teman Indonesia yang baik hati ^^. Tipe-nya bermacam2, ukuran dan warna juga bervariasi. Paling enak memang gendongan yang terakhir ini.
Kami pakai gendongan ini mulai JoSH umur 5 bulan sampai sekarang. Banyak juga yang sejak bayi masih kecil sudah pakai gendongan model begini. Dulu Oma khawatir kalau masih kecil jangan digendong berdiri dulu, karena takut leher dan punggungnya belum cukup kuat, dan posisi gendong ini posisi tegak, sehingga kaki bayi jadi terbuka. Takut efeknya kalau besar, kakinya tidak bisa menutup rapat karena terbiasa digendong tegak.
No comments:
Post a Comment