Thanking God for JoSH
Cerita ini lanjutan dari:
JoSH' birth story in Busan (1), (2) dan (3).
Yang belum pernah baca sebelumnya, bisa baca dulu supaya nyambung ceritanya.
Kami bersyukur sekali di saat-saat genting, Tuhan mengirimkan tiga orang sahabat kami untuk menemani. Mereka menjadi saksi peristiwa yang sangat berharga untuk keluarga kami, dan mereka menjadi bagian dari cerita ini.
Dodo, Cien dan Hari rencananya hendak persekutuan doa malam di gereja kami malam itu. Ketika menerima telepon kami, arah tujuan berubah menuju rumah sakit. Dan ini berkat yang luar biasa buat kami. Telepon dari Mama Papa pun diterima oleh Hari, saking kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus memberikan update ke orang rumah.
Perawat memasang masker ke mulut dan hidungku. Susah bernafas jadinya. Aku melepas masker itu, terbayang-bayang Emak terbaring di rumah sakit dengan masker yang membuatnya tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga. Kepala perawat datang dan memaksaku memakainya. "Dita, this is for your baby!"
Kejadian berikutnya aku mulai kurang tahu detil kejadiannya. Sepertinya perawat memutuskan bahwa kasusku urgent dan perlu segera dioperasi. Dodo memberitahu San untuk menandatangani surat persetujuan untuk operasi. Bayangkan, semuanya tertulis dalam bahasa Korea, dan komunikasi dalam bahasa Korea pula. Untung ada Dodo yang membantu menerjemahkan.
San memberitahukan kepadaku bahwa perawat menyarankan operasi, dan sedang menghubungi Dokter-ku untuk datang ke rumah sakit. Kami masih terus berfikir dan mempertimbangkan. Benarkah perlu operasi?
Belum sampai berfikir panjang, bahkan San belum menandatangani surat, perawat lain datang dan dengan sigap mempersiapkan aku untuk ke ruang operasi. Dokter akan datang sebentar lagi, sebelum itu aku harus sudah siap di ruangan.
Kepala perawat memberitahu San untuk segera menanda-tangani surat persetujuan. Kontraksi yang aku alami tidak ada henti dari awal, sudah hampir 5 jam berlangsung dan detak jantung bayi semakin melemah. Urgent, harus masuk ruang operasi! Segera!
San mengikuti aku yang didorong menuju ruang operasi. Seperti keinginan kami dari mula, San harus masuk untuk menemani. Tiba di lorong menuju ruang operasi, perawat menghentikan dia, dan mengatakan bahwa San tidak boleh ikut masuk.
Deg!
Berarti harus sendirian nih, tanpa San. San berteriak kepadaku yang dibawa perawat memasuki lorong itu, "Tetap kuat, Non. Ada Tuhan Yesus."
Di luar ruang operasi, San & teman-teman menunggu. Akhirnya San bisa membuka bekal makan malam yang belum sempat dimakannya. Perutnya lapar sekali, tapi tidak bisa makan karena terus menunggui aku. Baru makan beberapa suap, pintu ruang operasi terbuka. Box kecil dibawa keluar berisi JoSH! Perawat-perawat itu dengan cepat membawa dia ke ruang bayi. San yang takut bayinya tertukar, mengikuti sampai ke ruangan bayi.
JoSH lahir dengan selamat. Puji Tuhan!
Selama hamil, aku tidak pernah mengalami masalah. Sampai pemeriksaan terakhir pun Dokter menyatakan bahwa semuanya normal, melahirkan pun bisa dengan normal. Kami pun tidak ingin berlama-lama di rumah sakit setelah melahirkan. Siapa yang mengira bahwa menjelang kelahirannya, justru ada kejadian-kejadian yang di luar perkiraan.
Segala sesuatu bisa terjadi di dalam hidup kita. Kita hanya bisa mempersiapkan dengan sebaik mungkin, tapi kehendak Tuhan yang terjadi. Kami percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan selalu menjaga kami. Tuhan menolong kami bahkan ketika kami jauh dari sanak-saudara, di tempat yang baru yang bahasanya saja kami belum fasih berbicara. Terpujilah nama Tuhan.
Posting Welcome Joshua! bisa dibaca di:
http://ditautomo.blogspot.com/2010/09/welcome-joshua.html
Cerita ini lanjutan dari:
JoSH' birth story in Busan (1), (2) dan (3).
Yang belum pernah baca sebelumnya, bisa baca dulu supaya nyambung ceritanya.
Kami bersyukur sekali di saat-saat genting, Tuhan mengirimkan tiga orang sahabat kami untuk menemani. Mereka menjadi saksi peristiwa yang sangat berharga untuk keluarga kami, dan mereka menjadi bagian dari cerita ini.
Dodo, Cien dan Hari rencananya hendak persekutuan doa malam di gereja kami malam itu. Ketika menerima telepon kami, arah tujuan berubah menuju rumah sakit. Dan ini berkat yang luar biasa buat kami. Telepon dari Mama Papa pun diterima oleh Hari, saking kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus memberikan update ke orang rumah.
Perawat memasang masker ke mulut dan hidungku. Susah bernafas jadinya. Aku melepas masker itu, terbayang-bayang Emak terbaring di rumah sakit dengan masker yang membuatnya tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga. Kepala perawat datang dan memaksaku memakainya. "Dita, this is for your baby!"
Kejadian berikutnya aku mulai kurang tahu detil kejadiannya. Sepertinya perawat memutuskan bahwa kasusku urgent dan perlu segera dioperasi. Dodo memberitahu San untuk menandatangani surat persetujuan untuk operasi. Bayangkan, semuanya tertulis dalam bahasa Korea, dan komunikasi dalam bahasa Korea pula. Untung ada Dodo yang membantu menerjemahkan.
San memberitahukan kepadaku bahwa perawat menyarankan operasi, dan sedang menghubungi Dokter-ku untuk datang ke rumah sakit. Kami masih terus berfikir dan mempertimbangkan. Benarkah perlu operasi?
Belum sampai berfikir panjang, bahkan San belum menandatangani surat, perawat lain datang dan dengan sigap mempersiapkan aku untuk ke ruang operasi. Dokter akan datang sebentar lagi, sebelum itu aku harus sudah siap di ruangan.
Kepala perawat memberitahu San untuk segera menanda-tangani surat persetujuan. Kontraksi yang aku alami tidak ada henti dari awal, sudah hampir 5 jam berlangsung dan detak jantung bayi semakin melemah. Urgent, harus masuk ruang operasi! Segera!
San mengikuti aku yang didorong menuju ruang operasi. Seperti keinginan kami dari mula, San harus masuk untuk menemani. Tiba di lorong menuju ruang operasi, perawat menghentikan dia, dan mengatakan bahwa San tidak boleh ikut masuk.
Deg!
Berarti harus sendirian nih, tanpa San. San berteriak kepadaku yang dibawa perawat memasuki lorong itu, "Tetap kuat, Non. Ada Tuhan Yesus."
Di luar ruang operasi, San & teman-teman menunggu. Akhirnya San bisa membuka bekal makan malam yang belum sempat dimakannya. Perutnya lapar sekali, tapi tidak bisa makan karena terus menunggui aku. Baru makan beberapa suap, pintu ruang operasi terbuka. Box kecil dibawa keluar berisi JoSH! Perawat-perawat itu dengan cepat membawa dia ke ruang bayi. San yang takut bayinya tertukar, mengikuti sampai ke ruangan bayi.
JoSH lahir dengan selamat. Puji Tuhan!
Selama hamil, aku tidak pernah mengalami masalah. Sampai pemeriksaan terakhir pun Dokter menyatakan bahwa semuanya normal, melahirkan pun bisa dengan normal. Kami pun tidak ingin berlama-lama di rumah sakit setelah melahirkan. Siapa yang mengira bahwa menjelang kelahirannya, justru ada kejadian-kejadian yang di luar perkiraan.
Segala sesuatu bisa terjadi di dalam hidup kita. Kita hanya bisa mempersiapkan dengan sebaik mungkin, tapi kehendak Tuhan yang terjadi. Kami percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan selalu menjaga kami. Tuhan menolong kami bahkan ketika kami jauh dari sanak-saudara, di tempat yang baru yang bahasanya saja kami belum fasih berbicara. Terpujilah nama Tuhan.
Mazmur 71:6
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku, Engkau yang selalu kupuji-puji.
http://ditautomo.blogspot.com/2010/09/welcome-joshua.html